Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H

Setelah bulan Ramadhan berakhir, umat muslim di seluruh dunia bersukacita merayakan Idul Fitri di hari 1 Syawal, tidak terkecuali di negeri ku tercinta, Indonesia.

Ada satu budaya di hari raya yang hingga saat ini masih terjaga dengan baik, apakah itu? Berbagi bingkisan? Ya, salah satunya itu. Tapi bukan itu yang saya ingin bahas melainkan budaya meminta maaf dan memaafkan.

Meminta maaf dan memaafkan seperti  sudah menjadi syarat kelengkapan untuk merayakan idul fitri, kalau tidak dilakukan rasanya seperti ada yang kurang, ada pepatah bagai sayur tanpa garam.
Meminta maaf dan memaafkan, ritualnya adalah bertemu saling menyapa atau silaturahmi lalu bersalaman "Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin" ya minimalnya kalimat yang terucap seperti itu. Ada media baru sejak beberapa tahun belakangan untuk melaksanakan ritual tahunan ini, yaitu berkirim pesan singkat lewat sms, messenger, upload foto edisi lebaran dan semacamnya orang-orang semakin kreatif. Tapi itu hanya kemasan, nilainya adalah sama meminta maaf dan memaafkan.

Timbul rasa penasaran dalam diri saya, kenapa orang pada umumnya, ya khususnya umat muslim meminta maaf dan memaafkan di hari raya idul fitri?

Idul fitri, saya pernah dengar ceramah dari ustad-ustadzah dari sejak kecil hingga sekarang bahwa di hari idul fitri ini kita lahir kembali menjadi makhluk yang suci. Suci?

Meminta maaf dan memaafkan mungkin menjadi salah satu cara untuk menyucikan diri, ya mungkin. Mungkin karena ini hasil pemikiran saya saja, saya belum cek kebenarannya dengan yang ada di Al-Kitab ataupun hadist.
Kemudian saya mencari literatur tentang hakikat meminta maaf dan memaafkan.
Saya mendapati beberapa ayat Al-Quran dan hadist.
"..Hendaklah mereka memberi maaf dan melapangkan dada. Tidakkah kamu ingin diampuni oleh Allah?... " - QS Al-Nur 22
Ternyata di Al-Quran umat muslim muslim dianjurkan untuk memaafkan. Memaafkan bukanlah perkara yang enteng, butuh jiwa yang lapang dan keikhlasan yang sangat murni agar bisa dilakukan, ya itu menurut saya. Hakikatnya sendiri adalah untuk membebaskan hati dari belenggu penyakit hati dan menyucikan hati agar kembali suci.

Lalu bagaimana dengan meminta maaf?

Saya menemukan hadist riwayat (HR) Bukhari Muslim yang intinya adalah Rasulullah SAW bersabda "Barang siapa yang ada kesalahan dengan saudaranya maka hendaklah diselesaikan sekarang, ..."
Hari ini bertambah satu pengetahuan saya tentang meminta maaf dan memaafkan, setidaknya tak hanya lagi sebatas pepatah "Memaafkan adalah perbuatan kesatria, tapi lebih kesatria lagi orang yang mau mengakui kesalahan dan meminta maaf".

Tapi bukan itu inti dari tulisan saya kali ini.
Sungguh ini menjadi evaluasi untuk diri saya sendiri dan perbaikan diri bahwasanya memaafkan memang sudah menjadi keharusan untuk membebaskan diri dari belenggu penyakit hati. Dan meminta maaf adalah salah satu cara menyongsong kesucian hati dari perkara-perkara yang menyebabkan penyakit hati diantara saya, anda dan kita semua.
Saya hanya tidak ingin "Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin" diantara kita hanyalah sebatas ritual yang harus dilaksanakan karena sudah menjadi budaya dan akhirnya hanya formalitas semata.

Dari minal minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin ini saya mencoba untuk melapangkan dada untuk memaafkan, merendahkan keangkuhan diri untuk hati yang lebih baik dan menyongsong keridhoan saudara/i semua untuk memaafkan segala tingkah laku dan perkataan yang mungkin pernah menyakiti atau tidak berkenan di hati.
Lalu, bisakah kita mulai dengan kesucian lagi? :)

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin 0:)
Sagalaherang, 06 Juli 2016. Pukul 23.29 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Mengatasi APPCRASH di Explorer.exe

Semester IV, akhirnya usai...

Aplikasi Pembaca PDF dan Word Symbian40